Jumat, 26 April 2013

*** "senja" *****


Senja..
Kemudian pekat dalam kelam…
Saat Kau dan aku..
dalam waktu, yang tak jua indah..
Ini tentang kepahitan..
Yang kau sebut kenangan…
Ini tentang luka…
Yang kau sebut ketulusan…
Ini tentang air mata…
Yang kau sebut kebijaksanaan…
Jangan ingatkan aku masa lalu..
Karena yang terurai hanya senyum kedukaan…
sedetik pun...tak ada  rasa lagi yang terbenam…
Jangan katakan canda itu lagi…
Karena disitu ada setetes air mata..
Dan jangan ingatkan tentang tawa..
Karena yang ada hanya bintik kepedihan…
Semua nya,,
Tlah ku tutup rapat dalam peti yang usang…
Kini, ku berjalan dan berbisik…
“Aku tlah bahagia”

*** "senyum kepedihan" ****


Hari terasa sendu....
Melihat kau tak seperti dulu
Mendung mewarnai hati
Seakan turun hujan yg  tiada henti
Aku berdoa pada tuhan
Aku dan  kau seindah embun
Tapi malaikat mengirim secerca cahaya lilin
Embun pun pergi dengan tertatih-tatih..
Ku lihat pula pelangi…
Warnanya seindah warna senyummu dulu
temaniku di kaki bukit…
tempatku bersuling senandungkan rindu..
melukis  lembaran cerita kau dan aku..

Kini…
Masihkah kan kau tuang rasa di cawan hati
Madu, racun
Nan tiada beda lagi
Penawar haus sampai ke nadi
Tusuk saja hatiku dengan belati
Biar saja darah kan menemani
Puas hatiku mengukir cinta yang kuanggap abadi
Perih dan sedih yang ku tanggung sendiri
Kau buatku menangis jua dalam mimpi
Terisak tangis yang tak bisa berhenti..
Tega hatimu buatku begini

**** "sepi yang terbuang" ***


padi menguning di tepian senja...

awan berarak menghalau sunyi...

ombak berlari mengejar senyuman yang

kuanggap dulu tak pernah ada..



kini...

angin menyapu airmata..

yang hampir mengering di dinginnya malam...

menghembuskan serpihan hati yang berserakan di jendela kenangan...

malam berteman sunyi..

tlah berganti pagi yang seakan tak pernah pergi..



tanpa ku sadari...

kini..

embun menemani...

pelangi pun mengusir kegelapan hari

yang ku harap tak kan lagi kembali...

*** "dentuman rindu" ***

Apakah kau merasakan hal yang sama dengan ku disana?
Bulan menyapu air mataku dan bintang membujukku.. Mereka menghiburku, menyuruhku bersabar menunggumu pulang..
Waktu tak ingin bersahabat denganku..
tak mau mempercepat detik dan menitnya..
Kapan kau datang..
Kapan kau pulang..

Ku ingin lihat senyummu...
Ku ingin candamu...
Cepat pulang...
Cepat kembali..

***** "Cinta Terhalang" *****

Rindu tenggelam berselubung pilu
benih cinta yang tersemai
di hampiri kemarau
merantai jiwaku yang kini layu

Dalam rindu membuai derita
terhiris bayang senyummu...

tlah kutulis sajak demi sajak untukmu
kurangkai hingga terbentuk suatu rangkaian yang indah
Ku coba bicara sendiri pada hati agar terhapus sepi.
Namun...
sepi kembali disini tak jua pergi

ingin aku berlari
mengejar angan yang terbang
membeli mimpi yang terjual
membunuh asa yang pecah.

Malam itu aku layu…
Tanpa kata duduk terpaku
keputusanmu ikutkan wanita pilhan orang tuamu..
Tak ada ikatan yang kuat untuk mengikat mu di hatiku…
dan cinta kita...
Tak bisa kau perjuangkan cinta kita..

Ku tau kau juga merawat lara
terimakasih atas bunga yang layu
terimakasih atas cinta yang kau korbankan


ku susun asa seiring bergilirnya sang surya
ku tatap senja yg semakin merah di ufuk barat
awan kelabu berarak memenuhi langit
sebentar lg gelap pekat akan melingkupi jagad
biarlah, yang penting kisah cinta kita pernah ada...
walau tlah di tiup sang bayu..

***** "Rindu Yang tak bertepi" ****

Langit terasa sendu…
Saat gerimis mengingat hari tentang kau dan aku
Kemarin begitu banyak tawa
Begitu banyak canda dalam naungan kisah yang seolah takkan menepi
Perpisahan ini hanya satu dari sekian banyak cerita..
Dan kupikir kita telah melewati semuanya
Sekiranya aku menangis..
karena sesuatu yang terjadi dalam sepenggal kisah kita
Maka takkan terungkap rasa yang terus berlalu
takkan kembali cerita indah yang pernah terukir
hanya singgah sebentar lalu pergi entah kemana…
semua lewat,semua lenyap,semua luka…
makin terluka oleh waktu yang terus berperang melawan serpihan rasa yang masih tertinggal dipalung hati
sejenak kuheningkan dunia, hingga tak sadar waktu mulai terbakar senja
dan menyisakan rindu

Selembar daun kerinduan menutup rasa.
Menyeret langkah kaki untuk mencarimu
Dalam setiap detik dan setiap kedipan dalam pandangan.
Tak pernah satu pun terlepas dari tali ingatan.
Jiwa lemas, sayu memandang.
Karena dahaga akan pertemuan yang menjadi penawar kerinduan.
Sampai dimana akan habis rasa ini?
Namun…..
terlalu cepat kau berlalu
Pandanganku pun tak’kan bisa ikuti jejak langkahmu

Ku coba teguhkan jiwaku seperti batu karang di pantai sana
Dapat bertahan di bawah terik panas dan hujan
Kuat dan tegar menahan terjangan ombak yang tak pernah reda
Menjadi pelindung dari panasnya gelombang pasang
Ada satu rasa yang begitu menusuk di tiap detak jantungku
Satu rasa yang tak pernah kau sadari sampai saat ini....

****kekasih yang hilang****

Ditemani mentari yang bersembunyi malu-malu di ufuk barat
Kini…
Dipantai ini kembali kutapaki jejak mengharu pilu.
Kepergianmu yg pedihkanku.
Bawa jiwaku terbelenggu seribu luka.
Kau hilang dari dekapku.
Kau raib dari genggamku.
Kejamnya laut tlah rampas kau dari eratku.
Sebaris ombak hanyutkanmu dari pelukku.
Bertahun kini tlah ku lalui….
Kehilanganmu menghimpit setiap hariku.
Kesedihan tak mampu lupakan bayanganmu.

Saat sepi hadir…
Aku bagai terpenjara di dalam duniaku sendiri…
Diantara batas nyata dan tidak nyata…
Aku menemukan sebuah kekosongan di dalam hati…
Sepenggal cerita telah usang itu
Selalu datang mengusik hari-hariku…
Lagi-lagi aku tersesat di dalam sepi…

Aku mencari…
Namun tak kunjung menemukan batas sepi…
Aku tersesat di dalamnya
Tersirat jelas bahwa bahagia bukan milikku…
Namun…
Aku tak ingin menjadikan sepi sebagai teman